Rabu, 03 September 2008

YOHANA OH YOHANA

“YOHANA OH YOHANA”
Oleh : Maximus Masa

Curahkanlah hatimu padaku, curahkanlah!Biarlah semua itu kita jalani bersama dengan nyanyian musim dan celoteh burung di tengah padang ilalang. Mari, kita duduk di bawa pohon pinus di atas perbukitan. Kita nikmati indahnya alam dengan hamparan dedaunan. Kita tempatkan harapan pada hembusan angin perbukitan. Di kala kau menyandarkan kepalamu di bahuku, aku merasa ada sebuah getaran lain, getaran perasaan yang selama ini sedang menghuni ruang hati yang selalu mendambakan hati lain yakni hatimu yang dapat menghibur aku di dalam setiap derap langkahku.Aku tahu selama kedekatan kita tiada untaian kata-kata indah. Tiada yang lebih istimewa kecuali nyanyian kerinduan untuk saling bersama ketika kau terpisah dariku.
Angin perbukitan sangat sejuk. Ia membawa selaksa berita tentang permintaan seorang pemuda, Maxi, agar kau mencurahkan hatimu padanya yang adalah pemuda yang mengagungkan cinta namun pada sisi hidup yang lain kemiskinan mendera hingga tatapan mata ini meredup tak berarti lagi.
Yohana, nampaknya kau begitu tenggelam dalam alunan suara Maxi. Suaranya yang lembut mengantarkan kau pada sebuah pemikiran,”Kemiskinan dan kerja keras yang didampingi cinta jauh lebih baik daripada kekayaan tanpa cinta”. Kata-katamu membuatku menerawang di lorong cakrawala yang jauh dan timbul mega-mega yang aneh meskipun rupa dan bentuknya mengagumkan tetapi kata-kata itu menjadikan aku lebih berani mengatakan,”Aku Cinta Padamu”. Untung kau ada bersamaku sehingga kata-kata yang dipancarkan lewat gelombang suara yang kemudian masuk ke gendang telingamu dan kau seolah merasakan ketenangan jiwa yang dilindungi perisai satu nama : Maxi.
Yohana, semenjak kau melontarkan kata-kata itu, setiap malam imajinasiku melambung menyusuri gelap untuk kembali mengenang masa-masa indah, ketika kau sedang berbicara dengan intonasi suara halus, sehingga pikiranku ini bagaikan pelita yang menerangi malam dan kau seperti malaikat pelindung yang mengepakkan sayapnya di dalam kepalaku melindungi aku dengan gambaran cintamu.
Yohana, kau begitu cantik, tubuhmu begitu ideal, seperti perempuan indo jerman. Senyummu yang menawan hati mengembung dalam deretan pipihmu yang lesung. Tak terbayangkan olehku jikalau kau tinggalkan aku. Mungkin tragedi kesepian melanda sehingga tiada lagi waktu yang tersisa. Entah salah entah benar, hatiku ingin selalu bersamamu dan lebih baik tetap berada di dekatmu dan membiarkan bahuku untuk disandar demi membagi kekuatan dalam mendapatkan perlindungan pada hamparan alam di tepi cakrawala.
Dan kini, aku harus menyingkirkan buku dan melarikan diri menuruni lembah perbukitan yang meninggalkan berjuta kenangan dan mengantarmu pulang pada orangtuamu yang selalu berharap agar cinta anaknya bisa disandingkan dengan seorang pemuda yang jujur, setia, hingga ajal yang dapat memisahkan cinta. Cinta mereka anak-anaknya, Yohana & Maxi.